Di hadapan Tuhan,
puluhan ribuan tahun yang berlalu pun sebenarnya tak membawa apa-apa makna
dan sekiranya,
mati itu ibarat kesakitan ditusuk ribuan pedang;
jika seorang manusia sanggup menghadapi kematian berulang-kali sampai bila-bila pun...
perkara itu tetap tak ada nilai di sisi Tuhan
bila pada awalnya, dia sudahpun kehilangan hatinya.
Daripada Abu Hurairah Abd ar-Rahman bin Sakhr RA katanya: “Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat tubuh badan dan rupa paras kamu, tetapi dia melihat jantung hati (niat) kamu.”
(Riwayat Muslim)
Musyawarah Burung menasihati lagi,
Seekor burung lain berkata pada Hudhud, "O kau dengan tujuan-tujuan yang tak menipu, katakan
padaku bagaimana aku dapat tulus di Jalan menuju Tuhan ini. Karena aku tak dapat
meninggalkan keinginan hatiku ini, kukorbankan segala yang kupunyai untuk mencapai
tujuanku. Apa yang kupunya telah hilang; apa yang kutangkap telah berubah jadi kalajengking di
tanganku. Aku tak terikat oleh ikatan apa pun juga dan aku telah membuang segala belenggu dan
halangan. Aku ingin untuk menjadi tulus di Jalan ruhani dengan harapan suatu hari dapat
bertemu muka dengan yang kupuja."
Hudhud menjawab, "Jalan itu tak terbuka bagi setiap orang; hanya yang tulus dapat
menempuhnya. Ia yang menempul Jalan ini harus berbuat begitu tenang dan sepenuh hati. Bila
kau telah membakar segala yang kaumiliki, kumpulkan abunya dan tempatkan dirimu di atas abu
itu. Sebelum kau melepaskan diri dari segala sesuatu di dunia ini, satu demi satu, kau tak akan
bebas. Dan mengingat kau tak akan lama dalam penjara dunia ini, maka lepaskan dirimu dari
segalanya itu. Bila maut datang, dapatkah apa yang kini memperbudak dirimu mengelakkannya?
Menempuh Jalan ini, diperlukan ketulusan diri dan tulus terhadap diri sendiri lebih sulit dari
yang kau kira."
No comments:
Post a Comment